Jakarta (ANTARA) - Anak-anak jalanan harus menghabiskan
banyak waktu mereka di jalan-jalan untuk bekerja membantu orang tua
mereka dan menjadi tulang punggung keluarga, padahal mereka pun
membutuhkan pendidikan yang layak sama seperti anak-anak pada umumnya.
Pengurus Yayasan Komunitas Sahabat Anak Alles Saragi di Jakarta,
Kamis (25/7), mengatakan anak jalanan harus mendapat pendidikan yang
layak supaya mereka memiliki harapan agar bisa mencapai masa depan yang
lebih baik. Menurut Alles, banyak anak jalanan yang putus sekolah, bahkan tidak bisa membaca, menulis dan berhitung.
"Banyak anak jalanan yang tidak dapat melanjutkan ke sekolah formal setelah putus sekolah. Oleh karena itu di sini mereka difasilitasi untuk tetap mendapat pendidikan informal," katanya.
Alles mengatakan, anak jalanan yang putus sekolah itu diajarkan kemampuan dasar antara lain membaca, menulis dan berhitung. Bagi anak jalanan yang masih bersekolah, mereka dibimbing dalam mengerjakan pekerjaan rumah, persiapan ujian dan mengulang pelajaran.
"Bagi anak jalanan yang putus sekolah, kami mendirikan Pusat Kegiatan Anak (PKA), yaitu sekolah nonformal yang membekali mereka dengan pelajaran umum, pengembangan karakter, serta keterampilan," kata Alles.
Alles berpendapat, pembekalan keterampilan dan pengembangan karakter berguna untuk menaikkan rasa percaya diri serta sebagai modal masa depan mereka. Pembekalan keterampilan yang diberikan antara lain kemampuan bahasa Inggris, olah vokal, gambar, musik, origami, memasak dan menjahit.
"Saat ini anak-anak juga diarahkan pada keterampilan desain grafis, servis pendingin ruangan, terapi, memasak dan tata rias. Kami baru saja membuka usaha reparasi pendingin ruangan yang menjadi wadah untuk menjalankan keterampilan mereka," katanya.
Diajarkan kebersihan dan disiplin
Alles juga mengatakan pengembangan karakter dibutuhkan oleh anak jalanan karena selama ini hidup mereka tidak teratur. Mereka diajarkan cara-cara untuk menjaga kebersihan dan berdisiplin.
"Perubahan yang paling terlihat dari mereka adalah dalam menjaga kebersihan. Sebelumnya mereka datang dalam keadaan kotor, kumal dan lusuh. Tetapi sekarang cara mereka berpakaian sudah rapi," katanya.
Perubahan lainnya, kata Alles, adalah dari cara mereka berbicara. Kehidupan di jalanan yang keras membuat mereka sering berkata kasar dan kotor. Namun saat ini, mereka saling mengingatkan apabila ada temannya yang kelepasan berkata kasar dan kotor.
Saat ini PKA Sahabat Anak sudah tersebar di tujuh lokasi se-Jakarta, yaitu di Prumpung, Grogol, Cijantung, Manggarai, Gambir, Tanah Abang dan Mangga Dua.
"Beberapa waktu lalu, kami baru saja membuka PKA di Kota tua," kata Humas Yayasan Komunitas Sahabat Anak, Natasha M. Roring di Jakarta, Kamis.
Alles dan Natasha berharap, adanya Yayasan Sahabat Anak ini dapat menyadarkan anak jalanan bahwa mereka berharga seperti anak-anak lainnya.
Mereka pun ingin melibatkan pihak sebanyak mungkin untuk peduli dan memberi perhatian kepada anak-anak jalanan. (tp)