Oleh Plasadana
Oleh: Erly Susana
Saat serangan jantung terjadi, yang harus Anda lakukan adalah membawa pasien ke rumah sakit sesegera mungkin. Tapi hati-hati, salah pilih rumah sakit justru bisa fatal akibatnya.
Menurut ahli jantung Muhammad Munawar MD, PhD., tidak semua rumah sakit bisa mengatasi masalah darurat jantung. Anggota Tim Medik Presiden ini memaparkan sejumlah indikator yang bisa dilihat oleh keluarga sebelum membawa pasien serangan jantung darurat ke rumah sakit.
Pertama, pastikan rumah sakit yang dihubungi atau dituju memiliki fasilitas pemberian thrombolisis (bila serangan Jantung terjadi dalam waktu kurang dari 3 jam yang lalu).
Kedua, rumah sakit tersebut juga harus memiliki fasilitas kateterisasi jantung. “Dokternya harus siap melakukan tindakan pemasangan ring,” kata Munawar.
Ketua Masyarakat Jantung Asia Pasifik ini mengingatkan, sekali didiagnosis sebagai serangan jantung, sebaiknya dilakukan pembukaan pada bagian pembuluh darah yang tersumbat, terlepas dari obat-obatan (thrombolisis) atau pemasangan ring (atau disebut stent).
“Pasien dengan serangan jantung harus dilakukan upaya pembukaan tersebut,” tegas Munawar.
Perlu diingat, pemberian obat thrombolisis kepada pasien tidak boleh lebih dari setengah jam setelah masuk rumah sakit, yang disebut sebagai door to needle. Kalau ada fasilitas katerisasi jantung (door to balloon), bisa satu setengah jam setelah pasien datang.
Kendati demikian, Ketua Komite Medik pada RS Jantung Binawaluya, Jakarta, ini mengakui bahwa biaya menjadi kendala utama terkait urusan jantung ini. “Memang bagi sebagian besar masyarakat, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan harus dibayar sendiri,” katanya.
Akibatnya, door to needle maupun door to balloon menjadi tertunda. Bahkan tidak dilakukan tindakan pembukaan arteri yang tersumbat.
“Mudah-mudahan dengan adanya sistem asuransi kesehatan nasional pada 2014, kendala biaya bisa teratasi,” harapnya.
Kendala lainnya, Munawar menuturkan, adanya masalah honor jasa di rumah sakit. Dampaknya adalah, dokter dan rumah sakit yang menerima pasien serangan jantung tidak segera merujuk ke rumah sakit lain. Padahal rumah sakit tersebut tidak mempunyai fasilitas pemberian thrombolisis maupun fasilitas kateterisasi jantung untuk pemasangan ring.
Munawar bercerita, kondisi ini pernah dialami seorang pejabat pemerintah dua tahun lalu. Ketika mendapat serangan jantung, lantaran tidak tepat memilih rumah sakit, ia akhirnya menerima penanganan yang telat. “Sehingga terjadi infark atau kerusakan otot jantung luas,” ungkapnya.
Pada prinsipnya, penanganan pasien serangan jantung harus dilakukan segera ke rumah sakit yang memiliki fasilitas serta tenaga medik yang siap. “Bila semuanya dilakukan dengan baik, maka angka kematiannya menjadi kurang dari satu persen,” katanya.
Sebagai tips, Munawar menyampaikan sejumlah hal yang perlu diperhatikan terkait pemilihan rumah sakit:
1. Jarak tempuh antara tempat pasien dengan rumah sakit rujukan.
2. Ada fasilitas kateterisasi jantung.
3. Ada dokter yang melakukan tindakan (primary PCI: Percutaneus Cardiac Intervention). PCI merupakan intervensi ke jantung dengan berbagai macam tindakan guna mengobatinya.
4. Perlu cek juga apakah kamar kateterisasi jantung kosong.
Dengan beragam persyaratan ini, yang harus dilakukan adalah mengecek fasilitas rumah sakit sedini mungkin, bukan menanyakan setelah ada yang terkena serangan jantung.
No comments:
Post a Comment